BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Eric
Berne yang bertugas sebagai konsultan pada Surgeon General diminta membuka
program terapi kelompok di Ford Ord, bagi para serdadu yang baru usai perang
dunia kedua.
Akibat
dorongan itu Eric Berne menciptakan suatu teknik untuk menganalisis
transaksi-transaksi antar pribadi dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip yang
dikembangkan melalui analisis transaksional diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1956 oleh Eric Berne, dan kemudian disusul dengan pembahasan yang mendalam.
Prinsip-prinsip
yang dikembangkan oleh Eric Berne dalam analisis transaksional adalah upaya
untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri,
pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang raelistis, berkomunikasi
dengan terbuka, wajar dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
Secara
historis analisis transaksional dari Eric Berne berasal dari psikoanalisis yang
dipergunakan dalam konseling atau terapi kelompok, tetapi kini telah
dipergunakan pula secara luas dalam konseling atau terapi individual
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada,
maka rumusan permasalahan yang ada dalam makalah ini adalah :
1.
Apa
pengertian dari pendekatan konseling
2.
Jelaskan
macam-macam pendekatan konseling
3.
Bagaimana
kendala dan penyelesaian dari pendekatan konseling
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendekatan Konseling
Kata Pendekatan terdiri dari kata
dasar dekat dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal, usaha atau perbuatan
mendekati atau mendekatkan. Jadi Pendekatan Bimbingan dan
Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor untuk
mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya.[1]
Metode dalam pengertian harfiyah,
adalah "jalan yang harus dilalui" untuk mencapai suatu tujuan,
karena kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos
yang berarti jalan. Namun pengertian hakiki dari metode tersebut adalah segala
sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana
tersebut berupa fisik seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan di
mana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metode seperti
pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga dan sarana non fisik seperti
kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang
menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap
sasaran metode seperti wawancara, angket, tes psikologis, sosiometri dan lain
sebagainya.
B.
Macam –macam Pendekatan Konseling
Adapun
macam-macam dari pendekatan konseling yaitu:
1.
Pendekatan Rasional Emotif
Terapi Rasional Emotif (TRE) adalah
aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan
potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional
dan jahat. Manusia memiliki kecendrungan-kecendrungan untuk memelihara diri,
berbahagia, berpikir dan mengatakan,mencintai, bergabung dengan orang lain
serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi manusia memiliki
kecendrungan-kecendrungan kea rah menghancurkan diri, menghindari pemikiran,
berlambat-lambat, menyesali
kesalahan-kesalahan, perfeksionisme
dan mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia
pun berkecendrungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama dan mencari
berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri.
Manusia tidak ditakdirkan untuk menjadi
korban pengondisian awal. TRE menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber
yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bias mengubah
ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakatnya.
TRE menekankan bahwa manusia
berpikir, beremosi dan bertindak secara simultan.jarang manusia beremosi tanpa
berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu
situasi yang spesifik.[2]
Teori konseling Rasional Emotif
dengan istilah lain dikenal dengan “rasional emotive therapy” yang dikembangkan
oleh Dr. Albert Ellist, seorang ahli Clinic Psychology (Psikologi Klinis).[3]
Atas dasar pengalaman selama
prakteknya dan kemudian dihubungkan dengan teori tingkah laku belajar, maka
akhirnya Albert Ellist mencoba untuk mengembangkan suatu teori yang disebut “
Rational-Emotive Therapy” dan selanjutnya popular dengan singkatan RET.[4]
Tujuan dari Albert Ellist pada
intinya adalah untuk mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri
dan lingkungannya.Konselor ata terapis berusaha agar klien makin menyadari
pikiran dan kata-kata sendiri, serta mengadakan pendekatan yng tegas, melatih
klien untuk bisa berfikir dan berbuat yang lebih realistis dan rasional.[5]
a)
Konsep Dasar Konseling Rasional-Emotif
Ciri-ciri konseling Nasional-Emotif
dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor
berperan lebih aktif dibandingkan dengan klien.
2.
Dalam proses hubungan konseling harus diciptakan dan
dipelihara hubungan baik dengan klien.
3.
Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan
oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak
rasional menjadi rasional.
4.
Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak erlalu
banyak menelusuri kehidupan masa lampau klien.
5.
Diagnosis (rumusan masalah) yang dilakukan dengan konseling
rasional-emotif bertujuan untuk membuka ketidaklogisan pola pikir dari klien.
Hakikat masalah yang dihadapi klien
dalam pendekatan konseling rasional-emotif itu muncul disebabkan oleh
ketidaklogisan klien dalam berfikir.Ketidaklogisan berpikir ini selalu
berkaitan dan bahkan menimbulkan hambatan, gangguan atau kesulitan-kesulitan
emosional dalam melihat dan menafsirkan objek fakta yang dihadapinya.
Menurut konseling rasional-emotif
ini, individu merasa dicela,diejek,dan tidak diacuhkan oleh individu lain,
karena ia memiliki keyakinan dan berpikir bahwa individu lain itu mencela dan
tidak mengacuhkan dirinya. Kondisi yang demikian inilah yang disebut cara
beerpikir yang tidak rasional oleh konseling rasional emotif.
Tujuan utama dari konseling
rasional-emotif ialah menunjukkan dan menyadarkan klien bahwa cara berfikir
yang tidak logis itulah merupakan penyebab gangguan emosionalnya. Atau dengan
kata lain konseling rasional emotif
inimenunjukkan ini bertujuan membantu klien membebaskan dirinya dari
cara berfikir atau ide-idenya yang tidak logis dan menggantinya dengan
cara-cara yang logis.
b) Proses dan Teknik Konseling
Rasional-Emotif
Fungsi pengumpulan Data dalam
Konseling Rasional- Emotif. Seperti telah diuraikan di muka bahwa dalam
konseling rasional-emotif konselor tidak terlalu banyak menelusuri kehidupan
masalampau klien.Sehingga dengan demikian berarti bahwa dalam konseling ini
konselor tidak banyak melakukan pengumpulan data unutk keperluan analisis
maupun diagnosis sebagaimana halnya dalam konseling klinikal.
Penerapan teori konseling
rasional-emotif ini sangat ideal apabila diterapakandi sekolah, terutama oleh
guru , konselor, atau guru pembimbing yang berwibawa.
Guru pembimbing atau konselor yang
berwibawa akan mampu membantu siswa yang mengalami gangguan mental atau
gangguan emosional untuk mengarahkan secara langsung pada para siswa yang
memiliki pola berpikir mereka yang tidak rasional, serta mempengaruhi cara
berpikir mereka yang tidak rasional untuk meninggalkan anggapan atau pandangan
yang keliru itu menjadi rasional dan logis.
Guru melalui mata pelajaran yang
diajarkan kepada siswanya secara langsung bisa mengaitkan pola bimbingan yang
terpadu untuk mempengaruhi para siswanya untuk segera meninggalkan tindakan,
pikiran, dan perasaan yang tidak rasional.
2. Pendekatan Analisis Transaksional
Analisis Transaksional (AT) adalah
psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi
lebih cocok untuk digunakan dalam terapi
kelompok. AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain dalam arti ia
adalah suatu terapi kontraktual dan desisional. Analisisn Transaksional
melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien yang dengan jelas menyatakan
tujuan-tujuan dan arti proses terapi, juga berfokus pada putusan-putusan awal
yang dibuat oleh klien, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat
putusan-putusan baru.
AT cenderung mempersamakan kekuasaan
terapis dan klien dan menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang
akan diubahnya agar perubahan menjadi kenyataan, klien mengubah tingkah lakunya
secara aktif. Selama pertemuan terapi, klien melakukan evaluasi terhadap arah
hidupnya, berusaha memahami putusan-putusan awal yang telah dibuatnya, serta
menginsafibahwa sekarang ia menetapkan orang dan memulai suatu arah baru dalam
hidupnya.Pada dasarnya, AT berasumsi bahwa orang-orang bias belajar mempercayai
dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-perasaannya.[6]
Dr. Eric Berne yang bertugas sebagai
konsultan pada Surgeon General diminta untuk membuka program terapi kelompok di
Ford Ord, bagi para serdadu yang baru usai Perang Dunia Kedua.
Akibat dorongan itu Eric Berne
menciptakan suatu teknik untuk menganalisis transaksi-transaksi antar pribadi
dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip yang dikembangkan melalui analisis
transaksional diperkenalkan pertama kali pada tahun 1956 oleh Eric Berne, dan
kemudian disusul dengan pembahasan yang mendalam di depan Regional Meeting of
The American GroupPsychoterapy Asosiation di Los Angeles, bulan Nopember 1957,
berjudul : “ Transactional Analysis : A New and Effective Method Group
Therapy”.
Prinsip-prinsip yang dikembangkan
oleh Eric Berne dalam analisis transaksional adalah upaya untuk merangsang
tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis,
rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar dan
pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
Secara historis analisis transaksional
dari Eric Berne berasal dari psikoanalisis yang dipergunakan dalam
konseling/terapi kelompok, tetapi kini telah dipergunakan pula secara meluas
dalam konseling/terapi individual.[7]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam proses pendekatan dibutuhkan
teknik dan cara-cara yang bertahap agar menemukan penyelesaian dalam masalah
yang di hadapi, dan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut
berupa fisik seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses
kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metode
seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga dan sarana non fisik
seperti kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode,
Dalam makalah ini, kami menjelaskan
dua jenis pendekatan. Pendekatan Rasional Emotip dan pendekatan Analisis
Transaksional. Pendekatan Rasional Emotip adalah aliran psikoterapi yang
berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk
berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat.
Sedangkan pendekatan Analisis Transaksional
(AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi
individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok.
[1]http://ainirzone.blogspot.com/2011/04/pendekatan-metode-dan-tehnik-bimbingan.html. Jam 22:13.
Sabtu, 15.10.2011
[2] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,
Cet. III, ( Bandung: Eresco, 1997), hlm. 124
[3]Dewa Ketut
Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Cet.1, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000), hlm. 98
[6] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Cet. III (Bandung: PT. Eresco,1997), hlm.
159-160
[7] Dewa Ketut Sukardi,
Bimbingan dan Konseling di Sekolah,Cet.1,
( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 112
|
AMANS
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|
0 komentar:
Posting Komentar