Bab I : Pendahuluan
             Dalam kehidupan sehari-hari tentulah sebagai umat manusia yang  notabennya adalah makhluk hidup memerlukan asupan makanan ataupun  minuman untuk tetap bertahan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan makanan  ataupun minuman, sebagai Islam mengharuskan pemeluknya untuk memakan  makanan yang halal lagi baik. Baik halal dari makanan istu sendiri  ataupun cara mendapatkannya, dan baik bagi tubuh manusia.
             Selain harus memakan makanan yang halal lagi baik, cara makanpun dalam  Islam telah diberi tuntunan oleh Nabi Muhammmad SAW.  Yang mana itu  semua demi kemaslahatan manusia sendiri. Karena pada dasarnya ajaran  Islam itu diperuntukkan untuk kehidupan manusia agar pada jalan yang  baik bagi manusia itu sendiri.
             Selain sebagai makhluk yang konsumtif manusia juga sebagai makhluk  sosial yang mana tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan bantuan  ataupun berinteraksi dengan manusia lainnya. 
Dalam berkumpul, Islam juga telah mengatur agar kehidupan manusia ini sebagai makhluk sosial berjalan dengan baik.
Dalam berkumpul, Islam juga telah mengatur agar kehidupan manusia ini sebagai makhluk sosial berjalan dengan baik.
             Beberapa adab ketika makan dan berkumpul dalam pertemuan akan di bahas  dalam makalah ini dengan merujuk pada riwayat-riwayat yang telah ada,  yang mana hal tersebut dicontohkan ataupun anjuran dari Rasullulah SAW.  Semoga dapat memberikan manfaat.
Bab II : Pembahasan
A.    Pengertian
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam.  Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia,  antartetangga, dan antarkaum. Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti  bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang  ditentukan dalam agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab  dan tidak beradab dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak  khusus digabungkan dalam agama Islam
Makan  adalah proses masuknya suatu makanan kedalam perut yang mana melalui  sistem pencernaan. Makan adalah usaha untuk memasukkan nutrisi dalam  tubuh demi memenuhi kebutuhan jasmaniah. Simana ketika jasmani ini sehat  diharapkan dapat menunjang ibadah kepada Allah SWT.
Berkumpul  dalam suatu pertemuan adalah menyatunya beberapa orang dalam satu  kesatuan yang mana satu dengan yang lainnya dalam usaha memperbincangkan  sesuatu ataupun ada hal-hal yang akan dilakukan. Berkumpul dapat berupa  dalam suatu pekerjaan ataupun dalam rangka menuntut ilmu ataupun  kegiatan yang lainnya. 
Adab  ketika makan dan berkumpul dalam pertemuan telah ada aturannya di dalam  ajaran Islam dimana ajaran Islam ini mengatur adab itu untuk mengatur  kehidupan manusia. Sehingga apabila manusia mengikuti adab makan yang  telah dianjurkan maka bisa dipastikan manusia itu akan sehat jasmani dan  rohaninyanya. Begitu pula dalam pertemuan, akan tercipta suasana yang  kondusif dan tidak menimbulkan masalah-masalah sosial yang dapat memacu  timbulnya pertikaian dan permusuhan.
B.   Adab Makan
Setiap  manusia hidup pasti memerlukan makan minum. Ini sudah menjadi  keharusan,sebab tanpa itu tentu mati. Tetapi makan dan minum itupun  wajib menurut aturannya.jangan asal suka, terus dimasukkan saja,  sehingga perut menjadi sesak dan padat, penuh dan tidak ada  kelonggarannya samasekali. Dan didalam ajaran Islam adab makan ini telah  di contohkan oleh Rasullulah SAW. Sehingga para umat Islam hendaknya  mengikuti ajaran beliau khususnya di sini mengenai adab makan. 
Ada beberapa adab atau etika yang harus di lakukan sebelum makan yaitu: membaca basmalah (bismillah),  makan dengan menggunakan tangan kanan dan tidak terlalu terburu-buru,  Rasulullah saw. telah mengajarakan dan mendidik umatnya dengan semua  adab-adab tersebut, karena di zaman jahiliyah mereka tidak pernah  mempelajari hal tersebut.
Dari Abi Juhaifah radhiyallahu'anhu  ia berkata: "aku sedang bersama Rasulullah saw. maka beliau bersabda  kepada seseorang yang sedang bersama dengan beliau: saya tidak akan  makan ketika saya sedang bersandar". Di keluarkan oleh Imam Bukhari. Dari  Salmah bin al Akwa' ia berkata: sesungguhnya ada seseorang yang makan  bersama dengan Rasulullah saw. dan menggunakan tangan kiri, maka  Rasulullah saw. bersabda: makanlah dengan tangan kanan! Ia menjawab:  saya tidak bisa (makan dengan tangan kanan), beliau saw. bersabda: kamu  tidak mampu, tidak ada yang mencegahnya untuk (makan dengan tangan  kanan) kecuali karena sombong". Berkata: maka ia tidak mengangkatnya  (menyuapkannya makanan tersebut) ke mulutnya".
Dari Umar bin Abi Salamah radhiyallahu'anhu  ia berkata: di waktu saya kecil saya berada di rumah Rasulullah saw.  dan (ketika sedang makan) tangan saya meraba (semua makanan yang ada) di  piring, maka Rasulullah saw. bersabda kepada saya: wahai anak! Bacalah  basmalah (bismillah), makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah  apa yang ada di depanmu".Muttafaqun 'alaih (di sepakati oleh Bukhari dan  Muslim) dan lafadz ini dari Imam Bukhari.
Imam an Nawawi rahimahullah menyebutkan  mengenai faidah yang bisa di petik dari hadits Salamah yaitu di  dalamnya terdapat memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar  dalam setiap keadaan, sehingga walaupun dalam keadaan makan".
Di dalam kitab Fathul baari syarah shahih Bukhari Al Haafidz Ibn Hajar rahimahullah mengatakan:  di dalamnya terdapat faidah memerintahkan yang makruf dan melarang dari  mengerjakan yang mungkar, walaupun sedang dalam keadaan makan, di  dalamnya di anjurkan untuk mengajarkan adab atau etika makan dan minum,  dan di dalam hadits itu juga terdapat kemuliaan Umar bin Abi Salamah radhiyallahu'anhu karena melakukan apa yang di perintahkan serta senantiasa melaksanakannya".
Berikut beberapa adab makan yang dicontohkan oleh Rasullulah SAW:
1.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
Ibnu Majah dan Al Baihaqi meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa ia berkata,  "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa menginginginkan  agar Allah memperbanyak kebaikan rumahnya, maka hendaklah ia berwudhu  ketika santapannya datang dan diangkat."
2.      Membaca Basmalah sebelum makan dan Hamdalah sesudahnya
Abu Daud dan Tirmidzi meriwayatkan dari Aisyah r.a., Ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Apabila  salah seorang di antara kamu makan, hendaklah ia menyebut nama Allah  Ta’ala (Basmalah). Dan apabila ia lupa menyebut nama Allah Ta’ala pada  awalnya, maka hendaklah ia mengucapkan, Bismillaahi awwalahu wa  aakhirahu (Dengan menyebut nama Allah pada awalnya dan akhirnya)."
3.      Tidak mencela makanan yang disajikan kepadanya.
Asy-Syaikhani meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa ia berkata: "Rasulullah  saw. sama sekali tidak pernah mencela suatu makanan pun. Apabila beliau  berselera terhadap makanan itu, maka beliau memakannya, dan jika beliau  tidak menyukainya, maka beliau meninggalkannya."
4.      Makan dengan tangan kanan dan makanan yang dekat
Imam Muslim meriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah r.a. Ia mengatakan: "Pernah  aku menjadi seorang budak di bawah pengawasan Rasulullah saw. Ketika  (makan), tanganku bergerak di tempat makanan, Rasulullah saw. menegurku,  "Hai anak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan  makanlah makanan yang dekat denganmu."
5.      Dianjurkan duduk ketika minum dan makan
Imam Muslim meriwayatkan dari Anas r.a. dari Nabi saw.: "Bahwa  ia melarang seseorang untuk minum sambil berdiri. Qatadah berkata,  "Kemudian kami bertanya kepada Anas tentang makan. Ia menjawab bahwa itu  lebih buruk." 
6.      Jangan kekenyangan
Isi perut hendaklah dibagi tiga macam, yakni  sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya lagi  untuk bernafas serta letak udara yang perlu dikosongkan, sehingga jiwa  menjadi baik dan bersih. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan  sehubungan dengan urusan makan minum ini, yaitu:
a)      Perut  besar itu adalah rumah penyakit, sedang menjaga diri sebelum sakit  adalah pokok pangkal pengobatan, karena jikalau telah sakit tentu sukar  diobati dan tentu makan waktu untuk kesembuhannya. Oleh sebab itu  berlaku sederhanalah dalam makan minum,
b)      Bukan  banyaknya makanan yang menyebabkan kuatnya tubuh, tetapi makan  secukupnya itulah yang membuat tubuh menjadi bersemangat dan menyebabkan  kecerdikan dan berfikir.
c)      Jikalau  perut sudah terisi banyak makanan, maka sempitlah jadinya untuk isi  minuman. Jikalau sudah di isi terlampau banyak dengan minuman, maka  sempitlah jadinya untuk diisi udara. Kalau demikian itu, terjadi, maka  kelesuan, kemalasan, kelelahan akan menghinggapi orang yang berbuat  semacam itu. Hal ini sangat membahayakan kesehatannya, sebab akhirnya  akan sering sakit-sakitan tubuhnya dan jiwanya menjadi pemalas dan gemar  menganggur, fikirannya tumpul dan hilanglah semangat kerjanya.  Akibatnya timbullah berbagai angan-angan yang buruk dalam fikirannya.
Sabda Rasulullah: “Tiada  seorang anak Adam (manusia)pun yang memenuhi sesuatu wadah yang lebih  buruk daripada perut. Cukuplah anak Adam (manusia) itu makan beberapa  suap saja yang dapat mendirikan (menguatkan) tulang belakangnya. Oleh  sebab itu, apabila perut itu mesti diisi, cukuplah sepertiga untuk  makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga lagi untuk  pernafasannya (jiwanya).”
Dari  hal-hal di atas, maka dapatlah kita menilai, betapa tinggi ajaran yang  diberikan oleh Rasulullah s.a.w. itu kepada ummatnya. Selanjutnya  terserahlah kepada kita sendiri untuk melaksanakan atau mengabaikannya.  Semoga Allah memberikan taufik kepada kita agar kita dapat selalu  mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajarannya itu. Amin.
C.    Adab Berkumpul dalam Pertemuan
Tempat-tempat  pertemuan adalah tempat berkumpul dan bergaulnya orang-orang,  terkadang  mereka melakukan hal-hal yang sesuai dengan syari’at dan  terkadang sebaliknya mereka melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan  syari’at, jika Rasulullah saw. melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan  syari’at maka beliau saw. akan memberikan peringatan tentang hal  tersebut, sehingga tempat pertemuan mereka jauh dari  hal-hal yang  bersifat kemungkaran dan etika-etika yang buruk, sehingga mereka di  karuniai kemuliaaan dan cinta.
Oleh  karena ini, seharusnya seorang muslim jika menghadiri pertemuan umum,  seyogyanya memberikan nasihat terhadap orang-orang yang melakukan  hal-hal yang keliru yang bertentangan dengan syari’at dan memberi  tahukan mereka hal yang baik.
Sebuah hadits dari Tsaried bin Suwaid radiyallahu ‘anhu beliau  mengatakan: “ Rasulullah saw. lewat (di depanku) sementara saya sedang  duduk seperti ini, aku meletakkan tangan kiriku di belakang punggungku  dan aku bersandar pada aaliyah tanganku, maka beliau saw. mengatakan: kamu duduk dengan cara yang tidak di sukai oleh mereka”.
 Dari Jabir bin Samurah radiyallahu ‘anhu beliau  berkata: “ Rasulullah saw. keluar menemui kami, kemudian mengatakan: “   saya melihat kalian mengangkat tangan kalian seperti ekor-ekor kuda  yang kepanasan? Diamlah ketika sedang shalat
Ia  berkata: kemudian (orang-orang) keluar dengan berkelompok-kelompok,  maka Rasulullah saw. berkata: mengapa saya melihat kalian  berpisah-pisah? ('iziin) (HR. Muslim).
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan: artinya larangan untuk berpisah-pisah dan perintah untuk berkumpul dan bersama-sama”.
      Dari Abi Tsa’labah al Khasyni radiyallahu ‘anhu beliau  berkata: “ orang-orang jika turun dari suatu tempat, maka mereka  berpisah di jalan-jalan, maka Rasulullah saw. bersabda: “ jika kalian  terpisah-pisah seperti ini di jalan-jalan, sesungguhnya hal tersebut  adalah dari setan”. Maka tidak ada yang turun dari suatu tempat setelah  hal ini kecuali mereka bersama-sama dan bergabung satu sama lain, sampai  di katakan: jika seandainya di bentangkan suatu kain di atas mereka  maka kain itu akan menutupi mereka semua. (HR. Abu Daud)
Dari Ibn ‘Umar radiyallahu ‘anhu beliau berkata: “ seseorang berserdawa (tajassya’) ketika  sedang bersama dengan Rasulullah saw. maka beliau SAW bersabda: “ jaga  serdawamu dari kami, karena orang-orang yang paling lama laparnya pada  hari kiamat ialah orang yang paling banyak kenyang di dunia”. (HR. Ibn  Majah dan lafadz ini darinya).
Di  antara hal yang sering terjadi di sebagian tempat-tempat pertemuan  ialah aib kedustaan, dari pembicaraan-pembicaraan atau kisah-kisah dan  hal-hal yang lain yang sifatnya dusta yang bisa di jadikan sebagai bahan  guyonan atau candaan, dan hal semacam ini di kategorikan oleh  Rasulullah SAW sebagai dusta.
Dari Abdullah bin Zam'ah radhiyallahu 'anhu  ia berkata: kemudian Rasulullah saw. menasihati mereka terhadap apa   yang mereka tertawakan yaitu (seseorang) yang membuang angin, beliau  saw. bersabda: mengapa salah seorang di antara kalian tertawa terhadap  apa yang mereka telah lakukan?
| 
 | 
AMANS
| MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI | 
 | 

0 komentar:
Posting Komentar