BAB I : Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Di  era globalisasi dewasa ini, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan  oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia  bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting  untuk menciptakan  masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan  demokratis. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikan  harkat dan martabat manusia suatu bangsa. Namau pada kenyataannya  pendidikan belum mampu memerankantugas dan fungsinya secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya prestasi anak didik secara umum serta masih banyaknya kenakalan siswa dan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan. Maka seharusnya ada solusi lain yang dibutuhkan dalam mengatasi dan meningkatkan pendidikan di Indonesia.
Untuk  mengoptimalkan peserta didik diperlukan bimbingan konseling di setiap  lembaga pendidikan. Mengandalkan peran guru saja belum  cukup. Siswa  perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, salah satunya konselor,  untuk dapat menyingkirkan segala hambatan, baik persoalan pribadi,  sosial maupun persoalan yang lain yang datang dari berbagai sudut  kehidupan. 
Konseling  merupakan aktivitas yang menangani klien yang mempunyai masalah, namun  masih sadar tentang masalahnya. Dalam wawancara ataupun diskusi, klien  masih dapat menjelaskan masalah yang dihadapi secara jelas, masih dapat  nyambung antara konselor dengan klien.[1]  Sehingga konselor mampu untuk menggali data yang banyak dari klien  untuk dijadaikan bahan pertimbangan dalam membantu klien mengatasi  masalahnya. Sehingga dengan adanya bimbingan konseling ini diharpkan  mampu untuk meningkatkan dan mengatasi maslah yang  dihadapi oleh para  peserta didik
Disamping  penggalian data, konselor harus memiliki teknik dalam membantu klien  dalam menyelesaikan masalah, karena dalam proses konseling teknik yang  baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling.  Seorang konselor harus mampu merespon klien dengan teknik yang benar,  sesuai keadaan klien saat itu. Respon yang baik adalah  pernyataan-pernyataan yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong  sehingga klien mau terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan,  pikiran, dan pengalamannya.
B.      Rumusan Masalah.
Dari  pembahasan yang sebelumnya telah di jelaskan diatas ada beberapa  permaslahan yang muncul, yang dirasa perlu untuk dipaparakan dalam  makalah ini:    1. Apa pengertian Teknik-teknik Konseling?
2. Apa saja ragam teknik-teknik konseling?
C.     Tujuan Makalah.
            Makalah  yang berjudul Teknik-Teknik Konseling ini disusun bertujuan untung  menambah wawasan penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, dan  diharapkan dengan pembahasan didalam makalah ini para pembaca dapat  memahami Teknik-teknik Konseling secara lebih mendalam dan dapat  diImplementasikan nantinya.
II : Pembahasan
A.  Pengertian Teknik-teknik  Konseling
Pengertian  Konseling mengalami perubahan. Pada awal perkembangannya di Indonesia,  istilah yang di gunakan adalah “Penyuluhan”. Namun sejak tahun 1980-an  istilah ini dirubah menjadi konseling.[2] Hal tersebut dimaksudkan untuk membedakan dengan istilah penyuluhan pertanian, penyuluhan pertanian dan sebagainya.
Konseling  merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan  masalah kehidupan dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai  dengan keadaaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan  hidupnya.[3]  Individu yang mengalami masalah tersebut dibantu oleh konselor yang  mana diharapkan mampu untuk mengatasi masalahnya atau mengoptimalkan  potensi yang dimilikinya.
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menamakan teknik konseling, yaitu ketrampilan konseling, strategi konseling, dan teknik konseling.  Sema istilah tersebut mengandung penngertia yakni cara yang digunakan  oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar  berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi  dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan, yakni nilai-nilai  sosia, budaya, dan agama.[4]
B. Ragam Teknik Konseling[5]
            1. Perilaku Attending
Perilaku  attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup  komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending  yang baik dapat : 1)Meningkatkan harga diri klien; 2)Menciptakan  suasana yang aman; 3)Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik :
- Kepala : melakukan anggukan jika setuju
 - Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
 - Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
 - Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
 - Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
 
Contoh perilaku attending yang tidak baik :
- Kepala : kaku
 - Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
 - Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
 - Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
 - Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
 
2. Empati
Empati  ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien,  merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien.  Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku  attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu :
- Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.Contoh ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”. ” Saya dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
 - Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
 
3. Refleksi
Refleksi  adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan,  pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku  verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
- Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ….”
 - Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan…”
 - Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…”
 
4. Eksplorasi
Eksplorasi  adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.  Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin,  menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik  ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan  dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis  dalam teknik eksplorasi, yaitu :
- Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan ….”
 - Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : ” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja”.
 - Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”
 
5. Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap  Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau  initi ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien,  mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan  kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien  terhadap konselor.
Tujuan  paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa  konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan  klien; (2) mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk  ringkasan ; (3) memberi arah wawancara konseling; dan (4) pengecekan  kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
Contoh dialog :
Klien : ” Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya.
Saya tidak tahu mengapa demikian ? ”
Konselor : ” Tampaknya Anda masih ragu.”
6. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan  terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara  mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan  teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan  sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya.  Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu  alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata  tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh : ” Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?  ”
7 Pertanyaan Tertutup (Closed Question). 
Dalam  konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam  hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus  dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan  pertanyaan tertutup untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan  atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan pembicaraan klien yang  melantur atau menyimpang jauh.
Contoh dialog :
Klien : ”Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan”.
Konselor: ”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? ”.
Klien : ” Empat ”
Konselor: ” Sekarang berapa ? ”
Klien : ” Sebelas ”
8. Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan  minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang  singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan  menggunakan ungkapan : oh…, ya…., lalu…, terus….dan…
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
Contoh dialog :
Klien               : ” Saya putus asa… dan saya nyaris… ” (klien menghentikan pembicaraan)
Konselor         : ” ya…”
Klien               : ” nekad bunuh diri”
Konselor          : ” lalu…”
9. Interpretasi
Yaitu  teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan  merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan  tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan  berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
Contoh dialog :
Klien : ” Saya  pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang  tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan  amat membutuhkan biaya.”
Konselor : ” Pendidikan  tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara.  Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan  makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas.  Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang  seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”.
10. Mengarahkan (Directing)
Yaitu  teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya  menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan  sesuatu.
Klien : ” Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.”
Konselor : ” Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu  teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah  pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk :  (1) memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari  hal-hal yang telah dibicarakan; (2) menyimpulkan kemajuan hasil  pembicaraan secara bertahap; (3) meningkatkan kualitas diskusi; (4)  mempertajam fokus pada wawancara konseling.
Contoh :
” Setelah  kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu  agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi materi  pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal:  pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua,  namun masih ada hambatan yang akan hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda  yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja  yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.”
12. Memimpin ( Leading)
Dalam  pelaksanaan konseling, konselor harus mampu memimmpin arah pembicaraan   sehingga nantinya dapat mencapai tujuan. Hal tersebut bertujuan agar  klien tidak menyimpang dari focus pembicaraan dan agar arah pembicaraan  harus kepada tujuan konseling.
13. Fokus
Fokus  membantu klien untuk memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan, ada  beberapa fokus yang dapat dilakukan seorang konselor, yaitu:
1.         Fokus pada klien 
Contoh : “Tanti, anda tidak focus pada apa yang kamu lakukan”
 “ Tampaknya anda berjuang sendiri”
2.         Fokus pada orang lain
Contoh : “Roni telah membuatmu menderita, tolong terangkanlah tentang dia, dan apa yang telah dilakukannya”
3.         Fokus pada topic
Contoh: “Pengguguran kandungan? Kamu memikirkan aborsi? Sebaiknya pikirkan masak-masak dengan berbagai pertimbangan.”
           Secara umum dalam wawancara konseling selalu ada focus yang membantu  klien untuk menyadari bahwa persoalan pokok yang dihadapi adalah “X”.
14. Konfrontasi
           Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk  melihat adanya inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan  (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan dan  sebagainya. Tujuan teknik ini untuk mendorong klien mengadakan  penelitian diri secara jujur, meningkatkan potensi klien, membawa klien  kepada kesadaraan adanya konflik atau kontradiksi dalam dirinya.
Contoh : Klien : “Oh…, saya baik-baik saja.” (suara rendah, wajah tidak cerah, posisi tubuh gelisah).
                 Kon : “Saya liat ada perbedaan antara ucapan anda dengan kenyataan diri.”
15. Menjernihkan (Clarifying)
           Adalah suatu ketrampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang  samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuannya adalah :  (1)mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan  kata-kata yang tegas, dengan alas an-alasan yang logis; (2) agar klien  menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
Kli : “perubahan  yang terjadi pada keluarga saya membuat saya menjadi bingung dan  konflik. Saya tidak mengerti siapa yang menjadi pemimpin di rimah itu.”
Kon: “ Bisakah anda menjelaskan persoalan pokonya? Misalnya peran ayah, ibu, saudara-saudara anda?.”
16. Memudahkan (Facilitating)
           Adalah suatu ketrampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah  bicara dengan konselor dan menyatakan  perasaan pikiran dan  pengalamannya dengan bebas. Sehingga komunikasi dan partisipasi  meningkat dan proses konseling menjadi efektif.
Kon :”Saya yakin anda akan berbicara apa adanya, karena saya akan mendengarkandenag sebaik-baiknya.”
17. Diam
                   Diam bukan berarti tidak ada komunikasi akan tetapi tetap ada yaitu  melalui perilaku nonverbal. Yang  paling ideal diam itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat  diganti dengan dorongan minimal. Tujuan diam adalah: 1) Menanti klien  sedang berpikir; 2) sebagai protes jika klien ngomong berbelit –belit;  3) Menunjang perilaku attendiang dan empati sehingga klien bebas bicara.
Contoh :
Kli         : “Saya tidak senang dengan perilaku guru itu, …dan saya ….”(berpikir)
Kon       : “………..” (diam)
Kli         :“saya … harus bagaimana … saya tidak tahu…’
Kon        : “……….”(diam)
18. Mengambil Inisiatif
           Hal ini dilakukan manakala klien kurang bersemangat untuk bicara,  sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengucapkan kata-kata  yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuan  teknik ini adalah : 10 mengambil inisiatif jika klien kurang semanagt;  2) jika klien lambat berpikir  untuk mengambil keputusan ; 3) jika klien  kehilangan arah pembicaraan.
Contoh ; Kon :”baiklah , saya pikir anda mempunyai satu keputusan , namun masih belum keluar. Coba anda renungkan lagi.”
19. Memberi Nasehat
Pemberian  nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian,  konselor harus tetap mempertimbangkannya., apakah pantas  atau tidak.  Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni  kemandirian klien harus tetap tercapai.
Contoh respon konselor terhadap permintaan klien.
Kon : “ sebelum saya member nasehat, saya piker dalam hal ini saudara banyak mempunyai informasi disbanding saya.”
20. Pemberian Informasi
Dalam  hal informasi yang diminta klien sebaiknya jika klien memintanya. Jika  konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakana bahwa  tidak mengetahui hal yang di tanyakan.
Contoh respon konselor 
Kon : “mengenai  informasi sekolah penerbangan saya sama sekali tidak menguasai, karena  itu saya sarankan anda langsung saja ke Derektorat Penerbangan atau  Sekolah Penerbangan yang bersangkutan.”
21. Merencanakan
Seorang  konselor harus dapat membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa  suatu program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan  dirinya. Suatu rencana yang baik adalah hasil kerjasama antara klien  dengan konselor.
Kon :”Nah saudara, apakah tidak lebih baik jika anda mulai menyusun rencana yang baik berpedoman hasil pembicaraan kita tadi.”
22. Menyimpulkan
           Pada akhir konseling, konselor memmabantu klien untuk menyimpulkan   hasil pembicaraan menyangkut; 1) bagaimana keadaan perasaan klien saat  ini terutama mengenai kecemasan; 2) memantapkan rencana klien; 3)  pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikutnya.  Misalnya konselor berkata pada klien :” Apakah sudah dapat kita buat kesimpilan akhir?”
[1] Bimo walgito,Bimbingan+konseling (Yoyakarta,ANDI Yogyakarta,2010) hal.178
[2] Hibana S. Rahman, Bimbingan & Konseling pola 17 ,(Yogyakarta, UCY Pres Yogyakarta, 2003) hal. 15
[3] Bimo walgito,Bimbingan+konseling (Yoyakarta,ANDI Yogyakarta,2010) hal. 10
[4] Sofyan s.wil9lis, Konseling individual teori dan praktek,(Bandung, alfabeta,2004) hal.157
[5] Ibid hal.160
| 
 | 
AMANS
| MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI | 
 | 
0 komentar:
Posting Komentar