Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Manusia  adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalau  berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup  berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup  dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi  kehidupan yang harmonis, anggota kelompok haruslah saling menghormati  & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang  teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan  yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia  adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan  lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan 
untuk  memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan  kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan  baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan  sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan  sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin,  paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan  lingkungan  dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik  dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil  keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Dari  uraian tersebut maka kami merasa perlu untuk membahas tentang  kepemimpinan, yang kami sajikan dalam bentuk makalah. Dan makalah ini  kami  susun bertujuan untuk lebih  meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa. Agar mahasiswa  lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang  kepemimpinan
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kepemimpinan
Definisi  kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan  tujuan organisasi, memotifasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,  mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga  mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya,  pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran,  memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan  dan kerja sama dari orang-orang diluar kelompok atau organisasi.
Sebagian  besar definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan  berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan  pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat  struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau  organisasi. Menurut (Hemphill & Coons) Kepemimpinan adalah perilaku  individu yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk mencapai kepentingan  bersama.[1]
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :[2]
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin  adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya  untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Menurut Robert Tanembaum,  Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk  mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung  jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan  perusahaan. 
Menurut Prof. Maccoby,  Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan  mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin  yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian  menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara  kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide  ketuhanan yang berlainan Menurut Lao Tzu,  Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang  lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
Sedangakn menurut Pancasila,  Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan  membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari  kepemimpinan Pancasila adalah :
Ing  Ngarsa Sung Tuladha ”Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya  menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan bagi orang – orang yang  dipimpinnya”.
Ing  Madya Mangun Karsa ”Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat  berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya”.
Tut  Wuri Handayani ”Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang  diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab”.
Seorang  pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu  tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan  segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak  definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin  adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya  yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.[3]
Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan yang dikenal adalah sebagai berikut:
1.      Tipe Kharismatik
Pemimpin kharismatik merupakan kekuatan energi, daya tarik yang luar  biasa  yang diikuti oleh para pengikutnya. Pemimpin ini mempunyai keistimewaan  tertentu misalnya mempunyai kekuatan gaib, manusia super, berani dan  sebagainya.[4] Tipe Kharismatik  memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat  memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang  sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah  seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut  tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang  tersebut dikagumi.[5] 
2.      Tipe Paternalistis
Tipe  paternalistis bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau  seorang ibu yang penuh kasih sayang. Pemimpin tipe ini kurang  memperhatikan kesempatan kepada karyawan untuk berinisiatif dan  mengambil keputusan.  Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat  yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri  utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang  ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang  yang dituakan.
3.      Tipe Militeristis
             Tipe  militeristis banyak menggunakan perintah, sistem komando dari atasan ke  bawahan sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki bawahan agar selalu  patuh, penuh acara formalitas.
4.      Tipe Otokratis
Tipe  Otokratis berdasarkan pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus  dipatuhi pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, dia menjadi  raja. Seriap perintah ditetapkan tanpa konsultasi, kekuasaan sangat  absolut. seorang  pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang  pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan  “keakuannya”, 
Kepemimpinan  seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai  keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan  digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya  sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau  melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya  negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian,  ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan  keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang  kurang kompeten.
5.      Tipe Laissez Faire
     Tipe  ini membiarkan bawahan berbuat semaunya sendiri, semua pekerjaan dan  tanggung jawab dilakukan oleh bawahan. Pemimpinnya hanya merupakan  simbol yang tidak keterampilan. Jabatan pemimpin diperoleh dengan jalan  yang tidak benar, mungkin melalui nepotisme. Pemimpin ini tidak  berwibawa, tidak mampu mengawasi karyawan , tidak mampu mengkoordinasi,  suasana kerja tidak kooperatif.[6]  Tipe pemimpin Laissez Faire ini berpandangan bahwa umumnya organisasi  akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi  terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang  menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas  apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak  terlalu sering intervensi.[7]
6.      Tipe Populatis
     Tipe ini mampu menjadi pemimpin rakyat. Dia berpegang pada nilai-nilai masyarakat tradisional.
7.      Tipe Administratif
     Pemimpin  tipe administratif ialah pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas  administrasi secara efektif. Dengan kepemimpinan administratif  diharapkan muncul perkembangan teknis, manajemen modern dan perkembangan  sosial.
8.      Tipe Demokratis
     Tipe  kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan  bimbingan kepada pengikutnya. Tipe ini menekankan pada rasa tanggung  jawab dan kerjasama yang baik antar karyawan. Kekuatan organisasi tipe  demokratis terletak pada partisipasi aktif dari setiap karyawan.[8]  Tipe Pemimpin yang demokratis biasanya memandang peranannya selaku  koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
     Tipe ini ditandai  adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan  pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin  yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama,  mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
     Dilihat  dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang  diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau orientasi pegawai  dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan  bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila  konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para  pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka  memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak  mereka untuk berproduksi.[9]
B.     Fungsi Kepemimpinan
fungsi  kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan  kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap  pemimpin berada didalam dan  bukan diluar situasi itu.  Fungsi kepemimpinan merupakan gejala social, karena harus diwujudkan  dalam interaksi antar individu didalam situasi social suatu  kelompok/organisasi.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti:[10]
1.      Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
2.      Dimensi  yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan  orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok  kelompok/organisasi.
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1.      Fungsi instruksi
Pemimpin  sbagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,  bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat  dilaksanakan secara efektif.
2.      Fungsi konsultasi
Pemimpin  kerap kali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskan  berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Hal tersebut  bertujuan untuk mendapatkan umpan balik untuk memperbaiki dan  menyempurnakan keputusan yang telah ditetapkan dan dan dilaksanakan.
3.      Fungsi partisipasi
Pemimpin  berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam  keikutsertaan dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya.
4.      Fungsi delegasi
Memberikan pelimpahan wewenang,  membuat/menetapkan kepuusan. Fungsi ini pada dasarnya berarti kepercayaan.
5.      Fungsi pengendalian
Kepemimpinan  yang sukses dapat mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan  dalam kordinasi yang efektif, hal tersebut dapat dilakukan diwujudkan  melalui bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.
Fungsi  pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu  fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang  bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
1.      Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
2.      Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.[11]
C.    Syarat-syarat Seorang Pemimpin
Ciri ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ideal antara lain :
1.      Pengetahuan  umum yang luas. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki  kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan  bertindak secara generalis. 
2.      Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang 
3.      Sikap  yang inkuisitif atau rasa ingin tahu merupakan suatu sikap yang  mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat  pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari  dan menemukan hal-hal baru.
4.      Kemampuan  analitik. Efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada  kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional,  melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir  yang diperlukan dalah yang integralistik, strategik dan berorientasi  pada pemecahan masalah.
5.      Daya  ingat yang kuat. Pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang  berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah  satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
6.      Kapasitas integratif. Pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
7.      Keterampilan  berkomunikasi secara efektif. Fungsi komunikasi dalam organisasi antara  lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian  informasi dan fungsi pengawasan.
8.      Keterampilan  mendidik. Memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan  kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan  dedikasinya kepada organisasi.
9.      Rasionalitas.  Semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula  tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil  pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan  tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang  berkepentingan di luar organisasi tersebut.
10.  Objektivitas.  Pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan  penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang  pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya  bertindak secara objektif.
11.  Pragmatisme.  Dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud  dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan  sasaran yang berada dalam organisasi.
12.  Kematangan  mental. Seorang pemimpin harus memiliki kematangan mental yang terlihat  pada kestabilan emosional, tidak mudah tersinggung, tidak gampang marah  dan sebagainya. [12]
Kepemimpinan  yang berhasil, menghendaki suatu pengertian yang mendalam mengenai  orang-orang yang terlibat dalam keadaan tertentu. Pengembangan kecakapan  terutama sekali diperlukan :
1.      Obyektivitas terhadap hubungan-hubungan serta perilaku manusia.  Pemimpin itu haruslah mampu memandang orang-orang serta perilaku mereka  dengan cara yang tak berprasangka dan tanpa emosi. Seharusnya pemimpin  itu tidak boleh mempunyai perangai untuk berpraduga. Untuk setiap  tindakan besar, ia harus mampu untuk mengidentifikasikan  pengaruh-pengaruh dan tanggapan-tanggapan yang ditimbulkan.
Pemimpin  itu haruslah mempunyai kemampuan untuk memutuskan, apa yang menyebabkan  tanggapan-tanggapan itu akan terjadi dan mampu untuk membuktikan  kesimpulannya.
2.      ketangasan berkomunikasi dan sosial. Pemimpin  itu haruslah mampu untuk berbicara dan menulis terus terang dan  menyimpulkan dengan teliti pernyataan-pernyataan dari orang lain. Selain  itu, pemimpin harus mudah didekati, mengenal kelompo-kelompok dan  pemimpin-pemimpin informalnya, menyeluruh memberitahukan tujuan-tujuan  dan berusaha untuk bekerjasama dengan kawan-kawan lain.
3.      Ketegasan.  Kemampuan untuk memproyeksikan diri secara mental dan emosional ke  dalam posisi seseorang pengikut menolong seorang pemimpin untuk memahami  pandangan-pandangan, pegawai-pegawai serta keyakinan-keyakinan dan  tindakan-tindakan mereka. Ketegasan menimbulkan rasa hormat bagi  pendapat orang lain, bahkan kalaupun mungkin ia tidak sependapat dengan  nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan orang itu.
4.      Sadar akan diri sendiri.  Pemimpin itu perlu mengetahui kesan apa yang dibuatnya pada orang lain.  Haruslah dilakukan usaha-usaha untuk memenuhi dengan berhasil peran  yang diharapkan oleh para pengikut.
5.      Mengajarkan.  Salah satu cara terbaik untuk memimpin, mengembangkan dan mengilhami  orang banyak adalah dengan mengajarkan sesuatu. Pemimpin itu haruslah  mempu untuk menggunakan kecakapan untuk mengajar secara yang  menguntungkan melalui mengilhami, mendemonstrasikan, membetulkan dan  menunjukkan dengan contoh-contoh.[13]
D.    Sifat-sifat pemimpin
Ordway Tead mengemukakan 10 sifat kepemimpinan sebagai berikut :[14]
1.      Energi Jasmaniah dan Mental
Seorang  pemimpin memiliki daya tahan keuletan, kekuatan yang luar biasa seperti  tidak pernah habis. Demikiam pula semangat, juga motivasi kerja,  disiplin, kesabaran, daya tahan batin, kemauan yang luar biasa untuk  mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.
2.      Kesadaran Akan Tujuan dan Arah
Ia memiliki kenyakinan teguh akan kebenaran dan kegunaan dalam mencapai tujuan yang terarah.
3.      Antusiasme
Dia yakin bahwa tujuan yang hendak dicapai akan memberikan harapan sukses dan membangkitkan semangat optimism dalam bekerja.
4.      Keramahan dan Kecintaan
Sifat  ramah mempunyai kebaikan dalam mempengaruhi orang lain sehingga  menimbulkan kasih saying, simpati yang tulus, diikuti dengan kesediaan  berkorban untuk mencapai kesuksesan perusahaan.
5.      Integritas
Seorang  pemimpin mempunyai perasaan sejiwa dan senasib sepenanggungan dengan  para karyawannya dalam menjalankan perusahaan. Integritas pribadi dan  rumah tangga pemimpin merupakan tauladan yang dapat dicontoh oleh  karyawannya.
6.      Penguasaan Teknis
Agar pemimpin mempunyai wibawa terhadap bawahan maka dia harus menguasai sesuatu pengetahuan atau keterampilan teknis.
7.      Ketegasan dalam Mengambil Keputusan (Decisiveness)
Dai harus memiliki kecerdasan dalam mengambil keputusan sehinga dia mampu menyakinkan  bawahan, dan mendukung kebijakan yang telah diambil dalam pelaksanaannya.
8.      Kecerdasan
Seorang  pemimpin harus mampu melihat dan memahami sebab dan akibat dari suatu  gejala, cepat menemukan jalan keluar dan mengatasi kesulitan dengan cara  yang efektif.
9.      Keterampilan Mengajar (Teaching Skill)
Seorang  pemimpin atau wirausaha adalah seorang guru yang mampu mendidik,  mengarahkan, memotivasi karyawannya untuk berbuat sesuatu yang  menguntungkan perusahaan. Dia harus mengatur pelatihan-pelatihan,  mengawasi pekerjaan rutin sehari-hari dan mengevaluasi pekerjaan  karyawan.
10.  Kepercayaan (Faith)
Jika  seorang pemimpin disenangi oleh bawahan maka akan muncul kepercayaan  dari bawahan terhadap pemimpin. Kepercayaan bawahan ini akan memunculkan  sikap rela berjuang, melaksanakan semua perintah, disiplin dalam  bekerja untuk menjalankan roda perusahaan.
Bab III
Kesimpulan dan Penutup
Kepemimpinan adalah perilaku individu yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk mencapai kepentingan bersama. Asas  utama dari kepemimpinan Pancasila adalah : Ing Ngarsa Sung Tuladha  ”Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya  pola panutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya”. Ing Madya  Mangun Karsa ”Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa  dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya” Tut Wuri Handayani  ”Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani  berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab”.
Tipe  kepemimpinan yang dikenal adalah yaitu: Tipe Kharismatik, Tipe  Paternalistis, Tipe Militeristis, Tipe Otokratis, Tipe Laissez Faire,  Tipe Populatis, Tipe Administratif, Tipe Demokratis
Secara  operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan,  yaitu: Fungsi instruksi, Fungsi konsultasi, Fungsi partisipasi, Fungsi  delegasi, Fungsi pengendalian
Ordway  Tead mengemukakan 10 sifat kepemimpinanyaitu: Energi Jasmaniah dan  Mental, Kesadaran Akan Tujuan dan Arah, Antusiasme, Keramahan dan  Kecintaan, Integritas, Penguasaan Teknis, Ketegasan dalam Mengambil  Keputusan (Decisiveness), Kecerdasan, Keterampilan Mengajar (Teaching  Skill), Kepercayaan (Faith)
Setelah dikemukakan  pembahasan  terkait dengan kepemimpinan diharapkan kita semua dapat menambah  wawasan baru dan dapat menerpkan pengetahuan yang telah kita dapatka.  Semoga makalah ini bermanfat bagi para pembaca
Daftar Pustaka
Alma Buchari, KEWIRAUSAHAAN, (Bandung: ALFABETA,2010)
            G.R. Terry dan L.W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005)
Rivai Veithzal, Kepemimpinan dan perilaku organisasi (Jakarta, PT. RajaGrafindo persada) 
Yukl Gary , Kepemimpinan Dalam Organisasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2007) 
http://dedenander-akuntansicommunity.blogspot.com/2010/10/syarat-kepemimpinan-menurut-ordway-tead.html 
http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/ 
[1] Gary  Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2007) h. 3-4
[2] http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/ diakses pada tanggal 08/11/11
[3] Ibid,
                [5] http://dejbudianto.blog.com/2011/03/07/kepemimpinan-dalam-berwirausaha/ diakses pada tanggal 08/11/11
[6] Buchari Alma, KEWIRAUSAHAAN, (Bandung: ALFABETA,2010), H. 169-170
[7] http://dejbudianto.blog.com/2011/03/07/kepemimpinan-dalam-berwirausaha/ diakses pada tanggal 08/11/11
[8]  Buchari Alma, KEWIRAUSAHAAN, (Bandung: ALFABETA,2010), H. 169-170
[9] http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/ diakses pada tanggal 08/11/11
[10] Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan perilaku organisasi (Jakarta, PT. RajaGrafindo persada) H. 53
[11] http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/ diakses pada tanggal 08/11/11
                [12] http://dejbudianto.blog.com/2011/03/07/kepemimpinan-dalam-berwirausaha/ diakses pada tanggal 08/11/11
| 
 | 
AMANS
| MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI | 
 | 
0 komentar:
Posting Komentar