BAB XIV
IMAN KEPADA ALLAH dan ITIKAD AHLUSSUNNAH  DENGAN NASH-NASH SYAR’IYAHTENTANG SIFAT-SIFATNYA 
1.      Pengertian Iman kepada Allah SWT
Iman  berarti hendaknya seorang hamba Allah it mengiktikadkan dengan  keteguhan hatinya akan sifat-sifat Allah ST, baik yang wajib, mustahil  serta yang jaiz. Secara Ijmali (terperinci) harus beritikad sepenuh hati  dengan keadaan ketuhanan-NYa dan mustahil dari sifat kekurangan ,serta  jaiz bagi Allah untuk melakukan setiap yang mungkin untuk  meninggalkannya. Secara tafsilI (terperinci) sifat-sifata Allah yang  menunjukkan kesempurnaan Allah yang berjumlah tigabelas dan  mengiktikadkan lawan-lawan dan sifat-sifat tersebut.
1.      Wujud (ada) >< ,Adam (tidak ada)
2.      Qidam ( Dahulu) >< Hudust (Baru)
3.      Baqa, ( Kekal) >< Fana, (Rusak)
4.      Mukhalafatul lilhawaadist Berbeda dengan semua yang baru)>< Mumatssalatu lilhawadits ( sama dengan yang baru)
5.      Qiyamuhu binafsihi ( Berdiri dengan DzatNYA sendiri) >< Qiyamuhu Bi ghoirihi
6.      Wahdanniyah (Esa) >< TA,adud (berbilang)
7.      Qudrat (kuasa) >< ajz (Lemah)
8.      Iradah (Berkehendak) >< Karaahiyah (Terpaksa)
9.      Ilmu (Mengetahui) >< Jahil (Bodoh)
10.  Sama, (Mendengar) >< Shamam (tuli)
11.  Bashar (Melihat) >< A,ma (buta)
12.  Kalam (Berfirman) >< Bakam (bisu)
13.  Hayah (Hidup) >< Maut (Mati)
2.      Sifat Allah dan dalilnya
Sifat  wujud (ada) adalah sifat wajib bagi Allah dan mustahil Allah itu adam  (tidak ada) buktinya adalah alam serta isinya ini adalah barang yang  baru. Buktinya adalah seluruh alam yang kita saksikan dengan segala isi  dan kandungannya, adalah barang yang baru. Setiap yang baru pasti ada  yang menciptakan. 
A.     Mukjizat nabi Musa a.s
Mukjizat  nabi Musa salah satunya adalah membelah lautan ketika dikejar oleh raja  firaun dengan memukulkan tongkatnya ke laut.san raja firaun tenggelam  setelah lautan itu meyatu kembali. Mukjizat ini adalah jaiz atau  muntgkin bagi akaldan tidak mustahil terjadi. Hal itu juga jaiz bagi  Allah SWT karena hal itu sangat mudah bagi Allah.
Mukjizat  yang kedua adalah keluarnya air ketika dari batu ketika tongkatnya  dipikulkan.1)Allah SWT mengadakan air itu, namun cara yang duipergunakan  adalah ketika nabi Musa memukulkan tongkatnya. Maka pada penglihatan  bani Israil seolahy-olah beliaulah yang berkuasa mengeluarkan air  tersebuut. 2) Allah mengubah udar disekitar batu tersebut menjadi air.  Hanya saja hal tersebut terjadi ketika nabi musa memukulkan tongkatnya.  Hal tersebuat adalah hal yang jaiz  yang telah diketahui oleh ahli kimia. Mukjizat yang ketiga  yaitu  berubahnya tongkat nabi Musa menjadi ular besar dan memakan ular-ular  hasil sihiran tukang sihir raja firaun. Hal tersebut sangatlah mudah  bagi Allah SWT. Bagi orang beriman hal tersebut tidaklah mustahil bagi  Allah SWT.
B.     Mukjizat Nabi Ibrahim a.s
Nabi  Ibrahim tidak terbakar ketika di bakar oleh raja Namrudz ada berbagai  pendapat ahli kimia yang menyebabkan api dapat membakar, namun semua  teori yang di ajukan dapat terbantahkan dengan keadaan yang lainnya.  Dikatakan bahwa api dapat membakar apabila terjadi pijar, namun hal  tersebut tidak berlaku pada kunang kunang, dan pendapat yang lainnya.  Namun pada akhirnya para ahli tersebut yang hanya menyandarkanpada  pengetahuan maka akan berkata “entahlah akupun tidak mengetahui.” Namun  bagi Allah SWT  untuk membuat api itu dapat membakar ataupun tidak sangatlah mudah. Karena dengan kejendakNYA lah semua dapat terjadi.
C.     Mukjizat Nabi Isa a.s
Di  dalam Al-quran disebutkam bahwa nabi Isa memiliki Mukjizat dapat  menyembuhkan orang yang sakit kulit, buta dan dapat menghidupkan orang  yang telah mati. Hal ini tentu jaiz bagi akal Karena akan lebih sulit  menciptakan manusia daripada menghidupkan manusia, namun bagi Alah SWT  sangatlah mudah melakukan hal tersebut.
D.     mukjizat nabi Sulaiman a.s dan Nabi Daud a.s
Mukjizat  nabi Suliman yaitu tunduknya bangsa setan dan angin pada beliau dan  Nabi Daud dapat melunakkan besi dengan tangannya. Semua itu dapat tunduk  serta dapat dipaksa oleh Allah SWT untuk melakukan Perintah-NYA.
Besi  bersifat keras itu memang sunatullah, namun bisa dilunakkan dengan  dipanaskan. Namun sifat kerasmy itu bukan keharusan, bagi Allah SWT  dapat dengan mudah melakukan semua hal tersebut.
3.      Mukjizat Nabi Muhammad SAW dan keterangan-keterangan mengenai bukti kebenaran pengakuannya
Mukjizat  Nabi Muhammad yang paling besar adalah Kitab Suci Al-Quran. Hanya  mukjizat inilah yang kekal sampai pada lenyapnya alam dunia. Berbeda  dengan mukjizat lainnya yang berlaku pada kondisi/waktu tertentu. Tujuan  diberikan mukjizat pada rasul-rasul Allah adalah supaya putuslah hujjah  mereka sehingga tidak ragu lagi pada RasulNYA.
Nabi  Muhammad semenjak lahir sudah terkenal dengan sifat belia yang Amanah  (dapat dipercaya) serta siddiq (jujur) sehingga beliau diberi gelar  Al-Amien (yang sangat dapat dipercaya) dalam masa empat puluh tahun  sebelum nabi diangkat menjadi Rasul, beliau tidak pernah belajar membaca  dan menulis serta tidak pernah bergaul dengan ahli baca dan tulis. Dan  juga tidak pernah bergaul dengan ahli-ahli lainya. Jadi sangat tidak  mungkin Nabi Muhammad yang  disebarkanya itu adalah hasil  dari belajar dari para ahli, namun itu benar-benar dari Allah SWT.  Beliau membawa syara’yang dapat menjamin kebahagiaan seluruh manusia di  dunia dan akhirat. Syara’ yang menghapuskan sebagian besar ajaran-ajaran  dari Rasul-rasul terdahulu.
Ajakan  Rasullulah SAW pada awalnya tidaklah ditanggapi dengan baik oleh  masyarakat setempat bahkansampai dijauhi dan diajak debat dengan  berbagai hujjah-hujjah serta beliau dimusuhi. Akan tetapi yang haq itu  pasti menang dan yang batil pasti kalah.
BAB XV
DAFTAR RINGKAS I’TIKAD AHLUSSUNNAH WALJAMAAH XV
1.    Iman ialah meikrarkan dengan lisan dan membenarkan dengan hati.
2.    Iman yang sempurna yaitu meikrarkan dengan lisan,membenarkan dangan hati dan mengerjakan dengan anggota.
3.    Tuhan itu ada dan memiliki nama Allah serta memiliki 99 nama Allah.
4.    Tuhan  memiliki sifat yang banyak sekali,tetapi yang boleh disimpulkan dengan  perkataan yaitu,Allah memiliki sifat  Jalal(kebesaran),Jamal(keindahan),dan Kamal(kesempurnaan).
5.    Sifat Allah yang wajib diketahui oleh sekalian mukmin yang baligh/berakal ada 20 sifat.
6.    Allahllah memiliki sifat yang harus baginya.
7.    Wujud,artinya Ada,mustahil ia TidaWujud,artinya Ada,mustahil ia TidaWujud,artinya Ada,mustahil ia Tidak Ada.
8.    Qidam,artinya tidak bepermulaan ada-nya mustahil ada-nya permulaan.
9.    Baqa,artinya tidak ber-kesudahan ada-nya, mustahil ada-nya berkesudahan
10.    Mukhalafatuhu ta’ala lilhawaditsi,artinya ia berlainan dengan sekalian makhluk,mustahil iaserupadengan dengan makhluk-nya.
11.    Qiyamuhu  binafsihi,artinya ia berdiri sendiri,bukan berdiri diatas zat  lain,murdiri diatas zat lain,mustahil ia berdiri diatas zat lain
12.     Wahdaniyah,artinya ia Esa(satu),mustahil ia banyak.
13.     Qudrat,artinya kuasa,mustahil ia tidak berkuasa.
14.     Iradat,artiya menenukan sendiri dengan kehendaknya. Mustahil ia dipaksa-paksa.
15.     Ilmu artinya ia tahu,mustahil ia tidak tahu.
16.     Hayat,artinya hidup,mustahil ia mati.
17.     Sama’,artinya mendengar,mustahil baginya tidak mendengar.
18.     Bashar,artinya melihat,mustahil baginya buta.
19.     Kalam,artinya berkata,mustahil ia bisu.
20.    Kaunuhu Qodiran,artinya ia dalam keadaan berkuasa,mustahil ia dalam keadaan tidak berkuasa.
21.    Kaunuhu muridan,artinya ia dalam keadaan mempunyai Iradat,mustahil ia dalam keadaan yang tidak mempunyai iradah.
22.    Sifat yang wajib bagi  Allah hanyalah satu,yaitu ia boleh memperbuat dan boleh pula tidak memperbuat.
23.    Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah mempercayai sekalian Rasul-Rasul yang diutus Allah kepada manusia.
24.    Setiap orang Islam wajib mempercayai hari akhir(kiamat).
25.    Kaum Ahlussunnah mempercayai Qadha dha dan Qaddan Qadar,yaitu takr,yaitu takdir Ilahi.
26.    Tuhan  bersama nama-nya dan sifat-nya,semuanya qadim,karena nama -nya,semuanya  qadim,karena nama dan sifat itudan sifat itu berdiri diatas zat yang  qadim. Maka karena itu sekalian sifat Tuhan adalah Qadim berdiri diatas  zat yang qadim. Maka karena itu sekalian sifat Tuhan adalah Qadim.
27.    Quran al-karim adalah Kalam Allah yang qadim.
28.    Rezki  sekalian manusia sudah ditakdirkan dalam azal,tidak bertambah dan tidak  berkurang,tetapi pada intinya manusia disuruh mencari rezki,disuruh  berusaha,tidak boleh menunggu saja.
29.    Ajal setiap manusia sudah ditentukan oleh tuhan,tidak terkemudian dan tidak terdahulu walaupun sedetik.
30.    Doa orang mukmin memberi manfaat baginya dan bagi yang dido’akan.
31.     Ziarah kubur adalah sunnah hukumnya dan apabila dikerjakan mendapatkan pahala.
32.    Mengutus Rasul-Rasul adlah suatu karunia Tuhan kepada hambanya,untuk menuju jalan yang lurus.
33.    Wajib diketahui dan diyakini oleh seluruh umat Islam bahwa Nabi Muhammad Saw. Lahir di Mekkah.
34.     Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul  pada saat berumur 40 tahun.
35.     Selama 32 tahun ayat al-quran selalu diturunkan  kepada rasullulah.
36.     Wajib juga diyakini bahwa sahabat nabi yang paling mulia adalah Saidina Abu Bakar.
37.     Kaum Ahlussunnah Wal Jam’ah meyakini adanya keramat.
38.    Dosa menurut faham Ahlussunnah Wal Jam’ah terbagi 2,yaitu ada dosa besar dan ada pula dosa kecil.
39.    Adapun  dosa besar itu ialah: Syirik(mempersekutukan Tuhan,ini paling  besar),membunuh orang dengan tidak hak,makan riba,mendurhakai orang  tua(ibu/bapak),bebuat zina,dll.
BAB XVI
KEADILAN DIDALAM KAITANNYA DENGAN IRADAT
DAN KODRAT ILLAHI
Didalam tesis tentang keadilan illahi itu termasuk tiga permasalahan yang paling pokok, yaitu :
1.      Masalah kebajikan dan kebajikan lebih
2.      Masalah baik dan buruk
3.      Masalah kemauan bebas
Didalam  ketiga permasalahan itu aliran Iktizal mengemukakan pokok-pokok pikiran  (nazariat teori) yang tidak tertahankan dann tidak tertangkis oleh  pihak-pihak luaran tetapi sebaliknya beroleh reaksi sengit dan  pihak-pihak sebelah dalam islam sendiri, terutama dari kalangan Ahli  Hadist (Al Muhaddistin). 
Anda  sebagai seorang muslim niscaya meyakini didalam hati bahwa Allah itu  maha adil, tetapi pernahkah anda mendalami pengertian Keadilan-Illahi  itu dengan teliti dan terperinci? 
Jika  tidak, maka aliran Iktizal telah membahas permasalahan itu secara  terbuka didalam diskusi didepan balai penghadapan Khalif al Makmun,  berikutnya bagi menjawa tantangan dan pihak tokoh-tokoh yang bukan  muslim. Diskusi itu berjalan secara terbuka dan bebas.
Ibn  Nizham (994-1064M), ahli piker dan ahlli sejarah yang oleh dunia barat  pada zaman Rennaissance dipanggilkan dengan Alhazem, memungut alas  pikiran aliran Iktizal didalam karyanya Al Faslu fil Milal wal Ahwal Wal  Nihal jilid III halaman 98 sebagai berikut: 
”Seorang  yang melakukan kebengisan terhadap seorang lainnya didalam kehidupan  alam nyata dipanggil Si Buas. Seorang yang memerintahkan seorang lainnya  melakukan suatu perbuatan dan kemudian menyiksanya karna perbuatan itu  dipanggil dengan Lalim dan Buas.
Allah  itu maha suci untuk disifati Lalim dan Buas. Allah sendiri bersabda  “Tuhanku bukanlah lalim bagi hambaNya” (surah Fusshilat 46) : dan “Bukan  Kami yang berlaku lalim akan tetapi mereka sendiri berbuat  sewenang-wenang terhadap dirinya” (surah al Baqarah 57).
Sejalan dengan alas pikiranitu aliran Iktizal menyimpullkan pendiriannya :
1.    Allah mengarahkan makhlukNya kepada suatu  tujuan dan berkehendakkan suatu kebajikan senantiasa bagi makhlukNya.
2.    Allah tidak berkehendakkan kejahatan, jangankan memerinyahkannya.
3.    Allah  tidak menciptakan gerak laku hambaNya, baik maupun jahat, tetapi  kemauan manusia adalah bebas hingga manusia itu sendiri yang menciptakan  gerak lakunya, dan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya
Tiga kesimpulan itulah yang telah melahirkan tiga permasalahan yang telah dikemukakan di awal.
Baik  dan buruk itu, demikian aliran Iktizal, adalah essensi pada setisp  perbuatan. Segala perbuatan yang baik seumpama adil, berani, jujur,  santun adalah diri zatnya sendiri baik hingga membuat kita mampu  menyatakannya baik setiap kali menyaksikannya dan segala perbuatan yang  buruk seumpama lalim, pengecut, curang, kedekut adalah diri zatnya  sendiri buruk hingga membuat kita mampu menyatakannya buruk setiap kali  menyaksikannya.
Syariat  ilahi didalam memerintahkan sesuatu maupun melarang sesuatunya selaras  dengan zat yang dimiliki sesuatu itu, yakni zat baik dan zat buruk pada  sesuatunya itu. Perintah ilahi supaya memelihara diri dan harta adalah karena zatyang diperintahkan tu memang baik. Larangan  ilahi supaya jangan membunuh dan jangan mencuri adalah karena zat yang  dilarang itu memang buruk. Syariat ilahi didalam menyatakan baik dan  buruk pada segala sesuatunya itu besifat memberitahukan , bukan bersifat  menetapkannya. Sedangkan akal bersifat mengenalinya bukan bersifat  menentukan. Syariat bukan menetapkan dan akal bukan menentukan, demikian  aliran Iktizal, karena zat dan sesuatunya itunbukan disebabkan faktor  luaran, akan tetapi karena zatnya sendiri. Akal  mengenali sekaliannya itu melalui dua jalan: pertama, tanpa renungan  dan penelitian mendalam akan tetapi menangkap dengan mudah bahwa  sesuatunya itu baik ataupun buruk, seumpama menolong orang terbenam  adalah baik dan menipu adalah buruk. Kedua, memerlukan renungan dan  penelitian yang mendalam bagi mengenali baik dan buruk itu.
Soal  yang diajukan aliran Iktizal itu menyebabkan lahir garis pendirian  bahwa Allah itu senantiasa hanya menghendaki tindak laku kebajikan pada  manusia itu ada dan tindak laku kejahatan manusia itu supaya tiada.  Itulah inti pada iradat ilahi. Tindak laku yang tidak baik dan jahat  tidak dikehendakiNya dan tidak dibenci olehNya. Dengan kata lain : Setiap  manusia berkewajiban mematui setiap perintah seumpama solat, zakat,  mengesakan Allah dan mengimani rasul serta menghindari setiap larangan  seumpama syirik, kufur, fusuq.
Dr. Ahmad Amin didalam dhuhaul islami jilid III cetakan 1964 halaman 52 mengemukakan alas pikiran aliran  Iktizal sebagai berikut :
1.      Jiklau  Allah itu menghendaki kekufuran seorang kafir dan kedurhakaan seorang  ‘Ashi sudahtentulah Allah tidak akan melarang kufur dan durhaka itu.  Betapa bisa tergambarkan bahwa Allah menghendaki Abu Lahab itu seorang  kafir tetapi kemudian memerintahkannya :jangan kufur dan jangan durhaka.  Jikalau serupa itu dilakukan seorang manusia niscaya orang itu akan  dianggap safiun (bodoh keterlaluan). Sedangkan Allah itu maha suci untuk  dinyatakan begitu.
2.      Jikalau  kekufuran seseorang kafir dan kedurhakaan seorang ‘Ashi itu dikehendaki  oleh Allah sudah tentu tidak layak seorang kafir maupun seseorang ‘Ashi  itu beroleh siksa.
Pihak aliran  Iktizal  didalam sekalian permasalahan berikhtiar memahamkan hal-hal yang  berkaitan dengan yang Ghaib (Allah) itu dengan jalan memperbandingkannya  dengan hal-hal yang bertalian dengan yang nyata (manusia). Lawan aliran  Iktizal tidak dapat menerima perbandingan-perbandingan serupa itu.  Allah itu punya ukuran-ukuan tersendiri yang berbeda dengan  ukuran-ukuran pada manusia. Ukuran-ukuran tersebut tidak akan pernah  tercapai dan terpahamkan oleh akal sepanjang hakikatnya, kecuali sekadar  kiasan belaka.
Pengertian-pengertian  yang kita miliki itu adalah konsepsi kita, yakni konsepsi manusia,  hingga pengertian-pengertian itu tidak selamanya dapat dipasangkan  terhadap Allah, apalagi jikalau hendak dipasangkan secara mutlak. Alas  pikiran itu pada lahirnya benar, tetapi bilamana didalami lebih teliti  akan bermakna bahwa manusia itu harus menghentikan berpikir tentang  Allah. Hal itu bertentangan dengan tabiat manusiawi, karena hakikat  manusia itu adalah berpikir. Apalagi Allah sendiri didalam kitab suci  Al-Quran tidak hentnya memerintahkan manusia berpikir tentang alam  semesta dan alam kejadian dan alam kehidupan bagi memahamkan Allah.  
BAB XVII
LA ILAHA ILLALLAH
PANGKAL TUJUAN PENCIPTAAN
Sesungguhnya  La Ilaha Illallahu (tiada tuhan yan patut disembah melainkan Allah)  merupakan pangkal dan wujud (penciptaan) makhluk yang pertama, yang  besar dan kekal. Allah menciptakan bangsa jin dan manusia semata-mata  bertujuan agar supaya mereka meng-esakan Allah dan menyembah kepadaNya.  firmanNya  : “dan tidak kami mengutus seorang rasul pn sebelum kamu. Melainkan  Kami wahyukan kepadanya : “bahwasanya tidak ada tuhan (yang haq)  melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”. (Q.S. 21:25)
            Dan  diantara inti tauhid adalah memuji kepada Allah yang maha Tinggi maha  Agung, maha Luhur dan maha Penyayang. Dengan demikian, kami memuji Allah  dzat yang telah menjadikan ketauhidan (peng-esaan) kepadaNya perkara  yang pertama dan masalah yang paling besar serta hakekat yang paling  kekal abadi. Dari  segi petunjuk dalam pembukaan ini ialah sesungguhnya kami adalah umat  islam.kami tidak menyembah kepada orang yang tidak dikenal tetapi kami  menyembah kepada Tuhan yang telah kami mengenalNya dengan nama-namaNya  dan sifat-sifatNya.
            Demikian  pula, sesungguhnya ilmu yang dijadikan sebagai alat untuk mengetahui  dan mengenal Allah yang merupakan ilmu yang besar, paling mulia dan  paling berguna itu merupakan manhaj (sistem) yang tauqifiyah. Dan cara  memperoleh ilmu dengan manhaj tauqikiyah itu adalah dengan wahyu yaitu,  merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada rasulnya dan merupakan  sunah rasul dalam mengenalkan kita kepada Allah.
            Sesungguhnya  Allah telah menginformasikan melalui Qur’an bukti-bukti yang menujukkan  ke-RububiyahanNya, cirri-ciri khas ke-UluhiyahanNya dan juga  menginformasikan nama-namaNya dan sifat-sifatNya. Sehingga rasulullah  pun beriman kepada apa yang diberitakan Allah mengenai kehendakNya  sekalian beliau menjelaskan dengan sunnah qauliyah ketauhidan (keesaan  Allah) dan kemurnian tauhid yang dikehendaki oleh Allah, kemudian beliau  mengajarkan keimanan itu kepada sahabat-sahabatnya.
            Keterkaitan secara tematis dan sistematis antara tauhid dan persoalan-persoalan tersebut akan menunjukkan atas:
1.      Bahwa  tauhid merupakan manhaj (sistem) yang menjadi hakim, yang mana kita  wajib memahami setiap pesoalan itu berdasarkan petunjukknya.
2.      Sesungguhnya  penyimpangan dalam persoalan-persoalan tersebut akan menjurus dan  mengakibatkan tauhid yang buruk dan sakit. Hal itu seperti keadilan  sahabat, jika kita mencatat kepada keadilan sahabat tersebut maka hal  itu akan membawa kita untuk menolak ayat-ayat al Quran yang telah  menginformasikan tentang kelebihan dan keadilan para sahabat. Jika kita  menolak informasi alQuran berarti kita adalah ateis.
3.      Sesungguhnya  orang-orang yang berbantah-bantahan dengan kebathilan baik zaman dahulu  maupun zaman modern dalam persoalan-persoalan tersebut menandakan  aqidah mereka tidak benar. 
Pandangan ulama ahlussunnah
a.    Imam  Abu Hanifah. Orang mukmin yang sejati dann orang kafir yang sejati,  ialah orang-orang yang keimanannya tidak ada rasa ragu-ragu. Seperti  halnya orang itu dalam kekufurannya tidak dicampuri rasa ragu dan  bimbang. Sedangkan orang-orang yang tidak berbuat maksiat diantara ummat  Muhammad, mereka semua adalah orang yang beriman sebenar-benarnya,  merekan bukan orang-orang kafir.
b.    Imam  Malik. Imam Malik rahimahullah berkata: “iman itu adalah perktaan dan  perbuatan. Iman bisa bertambah dan bekurang dan sebagian iman itu ada  yang lebih utama dan ada yang lain. Pada suatu ketika ada seorang  bertanya kepada imam Malik: “wahai Abu Abdullah: “Allah  itu  bersemayam diatas arsy, bagaimana cara Allah itu bersemayam?” jawab  beliau: “bersemayam itu merupakan sebuah perkarayang sudah dimengerti.  Sedang caranya adalah hal yang tidak bisa dijangkau oleh akal fikran  manusia. Menanyakan persoalan itu merupakan bid’ah, mengimani hal  tersebut merupakan kewajiban. Beliau juga sering mengemukakan ucapan  penyair berikut ini: “dan sebaik-baik agama adalah yang berdasarkan  sunnah Nabi Muhammad saw.
c.    Imam  Syafi’i.Imam Syafi’I rahimahullah berkata: “iman adalah pernyataan dan  perbuatan. Iman bisa betambah dan bisa berkurang”. Iman itu mempunyai  beberapa keadaan, tingkatan dan kelas. Dintaranya , tingkatan iman itu  ada yang paling mencapai puncak kesempurnaan dan ada tingkatan yang  paling rendah, dan ada pula yang tingkatan lebih kuat.
d.   Imam  Ahmad bin Hambal. Imam Ahmad bin Hambal berkata: “menurut kami  prinsip-prinsip yang dipegangi oleh ahlu sunnah ialah berpegang teguh  terhadap apa yang telah dikerjakan oleh para sahabat Rasulullah saw  mengikuti jejak mereka, membuang jauh bid’ah karena bid’ah itu adalah  sesat, meninggalkan permusuhan dan tidak berkawan dengan orang-orang  yang hanya menuruti hawa nafsu belaka. 
| 
 | 
AMANS
| MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI | 
 | 
0 komentar:
Posting Komentar